Anggaran Rp21,4 Juta Sehari,  Makan Bergizi Gratis Malinau Sasar 2.140 Siswa di Tahap Awal

Siswa SMPN 1 Malinau mencicipi menu Makan Bergizi Gratis di Sekolah

MalinauTerkini.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah lama dinantikan akhirnya resmi bergulir di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Pelaksanaan perdana pada Senin, 4 Agustus 2025, menandai babak baru dalam upaya peningkatan gizi anak sekolah, dengan menyasar lebih dari 2.000 siswa di tiga sekolah sebagai proyek percontohan.

Peluncuran program nasional ini disambut antusias oleh para siswa dan warga sekolah. Namun, di balik euforia hari pertama, sejumlah catatan penting terkait efisiensi distribusi dan jaminan mutu pangan menjadi sorotan utama bagi pemerintah daerah dan lembaga terkait.

Menu Lengkap Makan Bergizi Gratis Malinau

Sebanyak 2.140 siswa dari SMPN 1 Malinau Kota, SMAN 1 Malinau, dan SMKN 2 Malinau menjadi peserta pertama yang mencicipi menu MBG. Di SMPN 1 Malinau, sedikitnya 700 siswa menerima nampan makanan berbahan stainless steel yang tertutup rapat, didistribusikan langsung ke kelas-kelas menjelang jam istirahat.

Menu hari pertama terbilang lengkap dan menggugah selera. Terdiri dari nasi putih, ayam rica-rica, tumis buncis dan wortel, serta lauk pelengkap berupa tahu dan singkong. Sebagai pencuci mulut, siswa juga mendapatkan dua potong semangka segar.

“Ada nasi, sayur, tahu, ubi, sama lauknya ayam. Kalau saya rasanya lumayan enak,” ungkap William, seorang siswi kelas 7 SMPN 1 Malinau, saat ditemui di sela-sela makan siang.

Respon positif juga datang dari siswa lainnya. Banyak yang mengaku lahap menyantap hidangan hingga habis. “Habis tadi satu porsi, mungkin karena dari pagi belum sempat sarapan,” ujar Nina, siswa lainnya, sambil tersenyum.

Makan Bergizi Gratis disajikan untuk siswa siswi Malinau

Evaluasi Hari Pertama Makan Bergizi Gratis

Meskipun berjalan lancar secara umum, pelaksanaan hari perdana tidak luput dari evaluasi. Kepala Dinas Pendidikan Malinau, Francis, yang hadir mewakili Bupati Malinau, menyoroti aspek teknis distribusi makanan. Menurutnya, proses pembagian yang memakan waktu cukup lama berpotensi mengurangi waktu istirahat siswa.

“Memang ada beberapa hal yang perlu kita koordinasi kembali terkait teknis pembagian. Bagaimana agar proses ini bisa berjalan baik dan tidak memakan waktu terlalu lama,” ujar Francis usai memantau langsung di SMPN 1 Malinau.

Ia menegaskan, kendala ini wajar terjadi karena merupakan hari pertama dan bersifat uji coba. Pihaknya telah menyampaikan catatan ini kepada pihak penyedia agar dicarikan solusi. “Karena ini hari perdana, mungkin itu agak memakan waktu. Ke depan ini saya berharap bisa berjalan dengan lebih baik lagi,” tambahnya.

Rincian Biaya Makan Bergizi Gratis untuk Ribuan Siswa

Di balik layanan ribuan porsi makanan ini, ada kerja keras dari Yayasan Hidup Berbagi Kasih. Penanggung Jawab Yayasan, Litad Merry Destiani, menjelaskan bahwa timnya setiap hari menyiapkan 2.140 porsi makanan dari dapur mereka di Desa Batu Lidung, Malinau Kota.

“Setiap hari rencananya kami sajikan menu yang berbeda dan variatif untuk menjaga selera makan siswa,” jelas Merry.

Dari sisi pembiayaan, program ini menetapkan biaya Rp10.000 per porsi untuk siswa jenjang SMP dan SMA. Dengan total 2.140 siswa di tiga sekolah tersebut, sirkulasi biaya untuk program ini mencapai Rp21,4 juta setiap harinya. Menanggapi catatan evaluasi, Merry menyatakan pihaknya akan fleksibel.

“Nanti mungkin kami akan menyesuaikan dengan waktu istirahat masing-masing sekolah supaya tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar,” katanya.

Kepala Dinas Pendidikan, Francia saat

Jaminan Mutu MBG di Malinau

Program MBG bukan sekadar proyek pembagian makanan, melainkan intervensi gizi yang terukur. Kepala Regional Kalimantan Utara dari Badan Gizi Nasional (BGN), Aji Sanjaya, menekankan pentingnya kualitas dan keamanan pangan. Menurutnya, ketepatan waktu distribusi sangat krusial.

“Ada batas maksimal makanan harus dikonsumsi setelah dimasak. Jika terlalu lama di suhu ruang, kandungan gizinya bisa berkurang dan berisiko memicu pertumbuhan bakteri,” tegas Aji.

Oleh karena itu, BGN akan berkoordinasi intensif dengan sekolah dan penyedia untuk memastikan makanan tiba dan dikonsumsi dalam kondisi optimal, sesuai dengan jam istirahat siswa.

“MBG ini bukan sekadar proyek bagi-bagi makanan, tapi bentuk intervensi gizi. Kualitas nutrisi dan keamanan pangan adalah indikator utama keberhasilannya,” pungkasnya.

(Maya)

Pos terkait