MalinauTerkini.com – Panggung Festival Tahun Baru Islam 1447 Hijriah di Sentra UMKM Seluwing, Sabtu (28/6/2025), menjadi saksi lahirnya semangat baru bagi pelestarian Tari Jepen di Malinau. Acara tahunan ini tidak hanya berlangsung meriah, tetapi juga menorehkan dua fenomena kuat: dominasi kaum perempuan dan antusiasme luar biasa dari generasi muda yang memastikan masa depan Jepen Malinau berada di tangan yang tepat.
Pemandangan paling mencuri perhatian adalah energi yang dibawa oleh ratusan penari dari berbagai usia. Namun, sorotan utama tertuju pada duet penari cilik berusia 6 tahun, Mikaila dan Ara, yang dengan percaya diri menaklukkan panggung. Penampilan mereka menjadi simbol sempurna dari keberhasilan festival dalam menanamkan kecintaan pada budaya.
Keberhasilan regenerasi ini ditegaskan oleh Camat Malinau Kota, Muhamad Yusuf, selaku penggagas acara. “Tahun ini juga alhamdulillah, peserta pelajar juga banyak jumlahnya. Ini menandakan minat anak-anak muda melestarikan kebudayaan kita,” ungkapnya bangga.
Menurutnya, festival yang rutin digelar oleh Pemerintah Kecamatan Malinau Kota ini memiliki misi ganda: merayakan 1 Muharram sekaligus menjadi wadah vital untuk mewariskan seni gerak khas Suku Tidung.
Di balik kesuksesan menarik minat anak muda, ada fakta menonjol lainnya. Kaum perempuan tampil sebagai garda terdepan pelestarian Tari Jepen tahun ini. Data menunjukkan, dari total 324 peserta yang terbagi dalam 27 grup, 20 grup atau sekitar 74% merupakan peserta perempuan.
“Tahun ini dari 27 grup, 20 grup adalah peserta perempuan, ibu-ibu, pelajar dan anak-anak. Tujuh grup laki-laki. Ini menandakan dalam hal keikutsertaan, perempuan memang lebih banyak,” jelas Yusuf.
Fenomena ini menunjukkan bahwa perempuan Malinau, dari anak-anak hingga dewasa, menjadi denyut nadi utama yang menjaga warisan Jepen Malinau tetap hidup.
Kisah Mikaila dan Ara adalah cerminan dari tren tersebut. Saat ditemui, Ara mengaku sudah sering berlatih mengikuti jejak orang tuanya, sebuah bukti nyata bagaimana tradisi diwariskan dalam keluarga. Sementara Mikaila, yang mengaku masih belajar, menggambarkan tarian ini dengan kalimat sederhana namun penuh makna.
“Susah-gampang tapi seru,” ujar Mikaila polos, mewakili perasaan banyak generasi muda yang kini akrab dengan Tari Jepen.
Sebagai seni gerak yang tak asing bagi masyarakat Malinau, Tari Jepen merupakan bagian tak terpisahkan dari berbagai perayaan adat seperti pernikahan dan syukuran. Melalui festival ini, Jepen Malinau tidak hanya dilestarikan, tetapi juga dikreasikan dan dirayakan, memastikan harmoninya akan terus bergema untuk generasi-generasi mendatang.
(Maya)