MalinauTerkini.com– Suasana Irau Malinau ke-11 pada hari ketujuh berubah khidmat ketika masyarakat Dayak Tahol menghadirkan prosesi adat warisan leluhur, Senin (13/10/2025).
Melalui tari, simbol, dan rangkaian ritual, budaya Tahol berbicara tentang relasi manusia, alam, dan rasa syukur yang tak pernah putus oleh zaman.
Bagi masyarakat Tahol, tradisi bukan sekadar tontonan. Setiap gerak dalam tarian, setiap benda dalam prosesi, menjadi bahasa sunyi tentang cara hidup yang menghormati bumi.
Mereka menggambarkan aktivitas sehari-hari—mulai dari mengolah ladang, memanen hasil alam, hingga merayakan kebersamaan—dalam bentuk seni yang sarat makna.
Puncak penampilan budaya ini adalah Upacara Napang Nahotom, sebuah pesta panen suci yang menjadi simbol hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Tradisi ini bukan hanya ucapan terima kasih atas hasil bumi, tetapi juga ritual berbagi dan memperkuat solidaritas sesama warga.
Di tengah arena prosesi berdiri Imbu’-imbu, bangunan kecil menyerupai gubuk.
Bangunan ini ditutup kain putih, hijau, dan kuning keemasan yang masing-masing membawa pesan spiritual.
Koordinator Upacara Adat Napang Nahotom, Robet BK, pada Senin (13/10/2025) menjelaskan terkait ritual ini.
Putih melambangkan ketulusan syukur, hijau adalah doa untuk kesuburan, dan kuning keemasan menjadi harapan panen melimpah pada musim berikutnya.
“Ini kami namakan Imbu’-imbu. Ditutup pakai kain putih, hijau dan kuning. Semuanya punya arti, ada makna filosofinya,” ungkapnya.
Imbu’-imbu tidak dibiarkan kosong. Di dalamnya tersaji aneka kuliner dari hasil ladang, hutan, sungai hingga laut. Hasil alam itu tak hanya ditata, tetapi juga diikat dalam Tibuku’, simpul-simpul tali alami yang mewakili jumlah panen. Setiap simpul adalah cerita tentang kerja keras, kesabaran, dan kedekatan dengan tanah.
Satu momen penting dalam prosesi adalah ketika warga dengan hasil panen terbesar dipanggil ke depan. Bukan untuk dipuji, melainkan diminta berbagi pengetahuan. Masyarakat percaya bahwa keberhasilan harus dibagikan agar semua mendapat manfaat. Di sinilah tradisi menjadi ruang belajar bersama.
Sebagai penutup, warga tersebut diberi pengasih, minuman fermentasi khas Tahol yang disimpan dalam tempayan. Pengasih disajikan dalam dua versi, untuk orang tua dan anak muda, menandakan bahwa tradisi ini merangkul semua generasi. Hingga kini, pengasih tetap menjadi elemen penting dalam setiap upacara adat.
Penampilan budaya Dayak Tahol bukan hanya menghadirkan estetika, tetapi juga mengajarkan filosofi hidup. Mereka menunjukkan bahwa panen bukan hanya peristiwa ekonomi, tetapi perayaan spiritual yang mempertemukan manusia, alam, dan kebijaksanaan leluhur dalam satu lingkaran harmoni.
Dalam rangkaian Irau, Dayak Tahol tampil bukan untuk menghibur, melainkan untuk mengingatkan. Bahwa di tengah arus modernitas, terdapat nilai-nilai lama yang justru menjaga manusia tetap berpijak.
(Maya)

Maya adalah jurnalis MalinauTerkini.com yang meliput isu-isu pemerintahan, kecelakaan lalu lintas, layanan publik, dan dinamika sosial masyarakat di Malinau, Kalimantan Utara. Sejak bergabung pada 2022, ia aktif melakukan peliputan langsung dari lapangan dan menyajikan laporan yang akurat serta terverifikasi.




