Kelas Legenda: Lagu Era Keemasan Padi Bergema di Malinau

Fadly mengenakan kaos oblong 26 Tahun Bumi Intimung dan Piyu memainkan gitar saat konser Padi Reborn di Irau Malinau.
NOSTALGIA DUA DEKADE–Fadly tampil dengan kaos oblong “26 Tahun Bumi Intimung” sementara Piyu mengiringi dengan gitar dalam konser Padi Reborn di Irau Malinau, Kamis (16/10)

MalinauTerkini.com – Malam nostalgia di Irau Malinau mencapai puncaknya ketika Padi Reborn naik panggung. Menghadirkan setlist menyapu hampir seluruh era keemasan band yang hampir berusia 28 tahun tersebut, Kamis (16/10/2025) malam.

Bukan sekadar tampil, Padi merangkai perjalanan musikal dua dekade dalam format yang intim dan penuh kejutan khas konser kelas legenda.

Fadly membuka penampilan dengan lagu diantaranya, Sahabat, salah satu nomor manis yang selalu memancing koor penonton.

Dia tampil mengenakan batik khas Malinau, dipadu kaos “26 Tahun Bumi Intimung”, sebuah gestur yang membuat sambutan penonton langsung membuncah.

Seluruh personel Padi Reborn tampil bersama di panggung Irau Malinau di hadapan ribuan penonton.
Padi Reborn tampil kolektif dengan lima personel dan membawakan lagu-lagu nostalgia yang mengguncang Irau Malinau, Kamis (16/10)

Dari awal, terlihat jelas: ini bukan konser formal, tapi perayaan emosional antara band dan para sahabat musiknya.

Lalu panggung diberikan kepada Piyu.

Sang gitaris sekaligus komposer utama ini membuktikan mengapa Padi disebut band dengan aransemen elegan.

Dia membawakan dua lagu ciptaannya sendiri.

Bacaan Lainnya
Piyu memainkan gitar saat penampilan Padi Reborn di panggung Irau Malinau.
Piyu tampil membawakan lagu ciptaannya dengan permainan gitar khas saat konser Padi Reborn di Irau Malinau, Kamis (16/10)

Pertama, “Ternyata Cinta”, hits dari album Padi tahun 2005 yang dikenal dengan balutan pop-rock melankolis.

Penonton ikut bernyanyi, mengingat liriknya pernah menjadi soundtrack banyak kenangan.

Kemudian Piyu menaikkan level pertunjukan dengan “Harmoni” (2007), salah satu maha karya Padi.

Namun malam ini bukan versi biasa.

Harmoni dibawakan dalam aransemen spesial, memadukan gitar Piyu dengan petikan sape’ oleh Rindra, sang bassist. Nuansa etnik berpadu harmoni modern, menjadikan lagu ini terasa lebih dalam dan sangat Borneo.

Momen ini menjadi salah satu highlight panggung.

Rindra memainkan bass dan Ari mengisi melodi gitar dalam penampilan Padi Reborn di Irau Malinau.
Rindra dan Ari menjaga harmoni musik Padi Reborn dengan bass dan gitar dalam pertunjukan di Irau Malinau, Kamis (16/10)

Penampilan kolektif semakin terasa ketika Ari, gitaris kedua, memperkuat dinamika lagu dengan layer melodi yang rapi dan bersih. Sementara Yoyo di belakang set drum menjaga ritme stabil dengan pukulan yang tak berlebihan, tetapi presisi—ciri khas drummer kelas senior.

Harmoni tak hanya hadir di lagu, tetapi juga tercermin dalam kerja sama lima personel yang tampil seperti satu tubuh musik.

Setelah sesi Piyu, mikrofon kembali ke tangan Fadly.

Tanpa banyak bicara, intro lagu lawas mengalun: “Kasih Tak Sampai” (2001).

Begitu bait pertama dimulai, ribuan suara langsung menyatu. Lagu ini adalah “rasa sakit kolektif” generasi 2000-an, dan malam ini luka itu kembali indah.

Tak berhenti di situ, Fadly melanjutkan dengan “Sobat”, anthem persahabatan yang menjadi identitas Padi.

Energi penonton memuncak, tepuk tangan dan teriakan memenuhi udara, seakan seluruh area panggung berubah menjadi paduan suara raksasa.

Disela penampilan, Fadly turut menyapa penonton dan menyampaikan pesan puitis hari jadi Kabupaten Malinau.

“Selamat Ulang Tahun Malinau. 26 Tahun adalah waktu dimana kita telah menjadi dewasa,” kata Fadly.

Ungkapan ini sebenarnya bisa penuh makna. Mengingat usia band legendaris ini hanya dua tahun lebih tua dari usia Malinau, Bumi Intimung.

Sebagai penutup, Padi memilih cara elegan: “Begitu Indah”.

Yoyo memainkan drum menjaga ritme saat konser Padi Reborn di Irau Malinau.
Yoyo mengatur ritme penampilan Padi Reborn dengan permainan drum presisi di panggung Irau Malinau, Kamis (16/10)

Lagu ini bukan sekadar judul, melainkan definisi dari seluruh malam. Saat bagian reff terakhir, Fadly menjauhkan mic dan membiarkan penonton mengambil alih. Panggung berhenti memainkan musik—Bumi Intimung bernyanyi bersama.

Malam ke-10 Irau Malinau ditutup dengan sajian esensi legenda: bukan hanya memainkan lagu, tetapi menghidupkan kenangan kolektif.

Malam ini, Padi Reborn tidak sekadar tampil. Mereka kembali membuktikan, musik yang jujur tidak pernah tua—ia hanya menunggu panggung yang tepat untuk kembali bersinar.

(Maya)

Pos terkait