MalinauTerkini.com – Tradisi Mapalette Bola khas Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan atau KKSS Malinau hadir dalam pementasan teatrikal di hari ke-12 Festival Budaya Irau Malinau 2025.
Menampilkan prosesi simbolik pemindahan rumah pusaka Bola Arajang lengkap dengan tarian dan ritual penggantung pisang sebagai lambang kebersamaan, Jumat (18/10/2025).
Prosesi dimulai dengan kemunculan replika Bola Arajang sebagai simbol rumah pusaka tempat penyimpanan benda sakral dalam budaya Bugis.
Panggung disulap menyerupai suasana kampung Bugis, lengkap dengan nuansa tradisional dan irama musik etnik. Penari memasuki panggung secara perlahan sambil membawa properti adat sebagai pembuka rangkaian ritual.
Momen puncak terjadi saat replika rumah diangkat bersama-sama, menggambarkan tradisi gotong royong Mapalette Bola.
Penggantung buah dilakukan di bagian rumah sebagai simbol doa untuk kesuburan dan keberkahan.
Ketua KKSS Malinau, Muhammad Ashar Nasir atau yang akrab dikenal Haji Aleng menjelaskan pementasan ini bukan sekadar tontonan, melainkan pengingat nilai solidaritas Bugis.
Menurutnya, Mapalette Bola mengajarkan pentingnya kerja bersama dalam menghadapi tantangan hidup.
“Semangat itu diwujudkan melalui kebersamaan seluruh warga dalam memindahkan rumah secara serentak,” katanya.
Baginya, nilai kebudayaan tidak boleh hilang meski berada jauh dari tanah asal.
KKSS Malinau melibatkan 13 pilar aktif dalam pementasan untuk menunjukkan kekuatan persatuan komunitas Bugis.
Setiap pilar berperan sesuai peran budaya, mulai dari penari, pemusik, hingga pengangkat rumah simbolik.
Pada kesempatan lain di ruang ekspresi paguyuban, KKSS Malinau tampil total dan berhasil menghadirkan tiga kepala daerah dalam satu panggung.
Bupati Malinau, Wempi W Mawa hadir sebagai tuan rumah didampingi Wali Kota Tarakan, Khaerul, dan Wakil Bupati Bone, Andi Akmal Pasluddin.
Kehadiran dua kepala daerah dari Sulsel menjadi bukti kuatnya jejaring KKSS di perantauan.
Wempi menyampaikan rasa bangga atas totalitas yang ditunjukkan KKSS Malinau dalam Irau 2025.
“Pementasan menjadi sorotan karena memadukan unsur budaya, solidaritas, dan representasi tokoh Bugis dari berbagai daerah,” ucapnya.
Ketua KKSS Malinau menyebut kerja sama lintas pilar menjadi kunci terselenggaranya pertunjukan besar tersebut.
Tema yang diusung dalam pementasan adalah semangat gotong royong, selaras dengan filosofi Mapalette Bola.
Selain prosesi seremonial adat, ditampilkan pula tari-tarian khas Sulawesi Selatan sebagai bentuk pelestarian budaya.
Sajian utama adalah Mapalette Bola yang menggambarkan gotong royong masyarakat Bugis dalam memindahkan rumah secara kolektif.
Pementasan ini menjadi salah satu atraksi budaya paling disorot selama penyelenggaraan Irau 2025.
Masyarakat Malinau dan wisatawan antusias menyaksikan prosesi unik yang jarang ditampilkan di luar Sulawesi Selatan.
Penampilan ini juga menjadi media edukasi budaya kepada generasi muda Bugis di perantauan.
Festival Budaya Irau tidak hanya menampilkan hiburan, tetapi juga merangkul identitas etnik yang hidup di Malinau.
Melalui panggung Irau, Mapalette Bola menemukan ruang baru untuk terus diwariskan secara kreatif.
Pementasan ini menegaskan bahwa budaya Bugis tetap hidup melalui adaptasi dan kolaborasi lintas komunitas.
(Maya)

Maya adalah jurnalis MalinauTerkini.com yang meliput isu-isu pemerintahan, kecelakaan lalu lintas, layanan publik, dan dinamika sosial masyarakat di Malinau, Kalimantan Utara. Sejak bergabung pada 2022, ia aktif melakukan peliputan langsung dari lapangan dan menyajikan laporan yang akurat serta terverifikasi.




