MalinauTerkini.com – Rangkaian Festival Budaya Irau ke-11 dan HUT ke-26 Kabupaten Malinau memasuki hari kedelapan pada Selasa, 14 Oktober 2025 dengan agenda padat sejak pagi hingga malam.
Kegiatan dibuka dengan Upacara Lembaga Adat Abay di Panggung Padan Liu Burung mulai pukul 07.00 WITA. Tradisi Abay dikenal sebagai salah satu warisan budaya Dayak yang sarat nilai kebersamaan dan penghormatan leluhur.
Selepas itu, pemerintah daerah akan menggelar Seminar Kabupaten Malinau di Ruang Tebengang, Pemda, mulai pukul 09.00 WITA.
Forum ini menjadi ruang strategis membahas pembangunan daerah dan penguatan peran masyarakat dalam menjaga identitas budaya di tengah modernisasi.
Pada pukul 10.00 WITA, suasana akan semakin semarak dengan pertandingan tarik tambang antar kecamatan yang dipusatkan di Halaman Padan Liu Burung.
Lomba tradisional ini kerap menjadi daya tarik karena melibatkan kekompakan dan sportivitas peserta dari berbagai wilayah.
Memasuki siang hari, budaya luar daerah turut tampil dalam Upacara Adat Paguyuban Sulawesi Tenggara pada pukul 13.00 WITA di Panggung Padan Liu Burung. Keterlibatan paguyuban ini menunjukkan semangat kebhinekaan dalam Irau yang merangkul berbagai etnis di Malinau.
Menjelang malam, mulai pukul 19.00 WITA, penonton akan disuguhkan tarian Paguyuban Keluarga Sulawesi Tenggara serta penampilan Band SMANSA dan LINAWA. Pergelaran ini menghadirkan kreativitas generasi muda sekaligus memperkuat interaksi budaya antar komunitas.
Sebagai puncak hiburan, artis ibu kota Judika dijadwalkan tampil pada pukul 21.00 WITA di Panggung Padan Liu Burung. Kehadiran penyanyi papan atas ini diperkirakan menarik antusiasme masyarakat dan menambah kemeriahan Irau Malinau 2025.
Melalui kombinasi upacara adat, seminar nasional, atraksi budaya, hingga konser musik, hari kedelapan Irau Malinau menunjukkan kekayaan tradisi sekaligus keterbukaan terhadap kolaborasi lintas daerah. Ajang ini tidak hanya menjadi pesta rakyat, tetapi juga simbol persatuan dalam keberagaman.
Pembahasan dalam Seminar Nasional
Seminar Kabupaten Malinau pada Festival Budaya Irau ke-11 tidak sekadar rangkaian acara seremonial.
Forum ini menjadi ruang strategis yang mempertemukan empat kekuatan besar pembangunan nasional untuk membahas masa depan PLTA Mentarang—proyek energi air skala raksasa yang akan mengubah wajah ekonomi Kalimantan Utara.
Ketua Panitia Irau Malinau ke-11, Ernes Silvanus mengatakan seminar ini diadakan bertujuan agar Malinau bisa menjadi tuan di daerahnya sendiri.
“Seminar nasional ini bertujuan agar Malinau tidak hanya menjadi penonton di rumah sendiri,” ujarnya.
Diskusi dipandu akademisi hukum Prof. Yahya Ahmad Zein, menghadirkan pejabat Kementerian Ketenagakerjaan yang menyoroti kesiapan SDM lokal, pejabat Kementerian Lingkungan Hidup yang mengulas keberlanjutan dan mitigasi dampak lingkungan, guru besar IPDN yang membedah implikasi ekonomi dan tata kelola daerah, serta Presiden Masyarakat Adat Dayak Nasional Marthin Billa yang membawa suara masyarakat adat sebagai pemilik ruang hidup.
Empat perspektif ini melengkapi satu sama lain: tenaga kerja, lingkungan, ekonomi, dan budaya. Malinau menjadi titik temu kepentingan pusat dan daerah, modernisasi dan kearifan lokal, keberlanjutan dan pertumbuhan.
Seminar ini menegaskan bahwa PLTA Mentarang bukan hanya proyek energi, tetapi proyek peradaban.
(Maya)




