MalinauTerkini.com– Suasana panggung Irau ke-11 tiba-tiba hening ketika perempuan berbusana adat Nusa Tenggara Barat (NTB) melangkah membawa sesaji.
Di tengah gemerlap festival, Paguyuban NTB Malinau mempersembahkan prosesi Kiri Loko, tradisi selamatan kehamilan tujuh bulan anak pertama yang sarat doa, simbol, dan harapan, pada 13 Oktober 2025.
Kiri Loko bukan sekadar ritual, melainkan wujud rasa syukur keluarga atas kehidupan baru dalam kandungan. Tradisi ini telah diwariskan leluhur NTB dan masih dijalankan dalam lingkungan keluarga hingga kini.
Nilai spiritualnya kuat: memohon perlindungan Tuhan, menolak bala, dan menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Prosesi dipimpin seorang sando, perempuan tua yang dihormati karena pengetahuan adatnya.
Doa-doa keselamatan dilantunkan dengan khidmat agar ibu dan bayi tetap sehat. Sesaji disusun rapi, simbol adat dihadirkan, dan musik tradisional mengiringi jalannya prosesi.
Penonton ikut larut ketika suasana sakral berubah menjadi momen penuh makna. Puncak perhatian terjadi saat kelapa dipecahkan di atas kepala ibu hamil.
Bagi masyarakat NTB, arah belahan kelapa bukan sekadar tebakan, tetapi pertanda alam tentang jenis kelamin bayi. Jika belahan menghadap ke bawah diyakini laki-laki, jika menghadap ke atas dipercaya perempuan.
Setelah itu, 44 keping koin yang sebelumnya diletakkan di bawah ibu hamil dilempar ke arah penonton.
Spontan, masyarakat berebut koin dengan antusias. Dalam kepercayaan adat, siapa pun yang mendapat koin akan memperoleh berkah. Bagi yang belum menikah dipercaya dipercepat jodohnya, sedangkan yang sudah menikah akan diberi panjang umur dan rezeki.
Dari suasana khidmat, panggung kemudian berubah meriah ketika Gendang Beleq khas NTB ditabuh. Dentuman gendang besar ini membangkitkan semangat, menghadirkan kegembiraan, dan menjadi penutup yang menghidupkan suasana.
Ketua Paguyuban NTB Malinau, Anwar, menyebut penampilan Kiri Loko bukan hanya partisipasi dalam Irau, tetapi juga bentuk pelestarian identitas.
“Kiri Loko adalah selamatan atas kehamilan anak pertama, dilanjutkan dengan lempar koin kepada masyarakat. Yang mendapat koin, kalau belum menikah diyakini akan segera bertemu jodoh, dan semuanya dihibur Gendang Beleq,” ujar Anwar.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah daerah yang telah memberikan dukungan penuh sehingga paguyuban NTB dapat tampil dan mengikuti berbagai kegiatan Irau.
Bagi Paguyuban NTB, tampil di Irau Malinau adalah kebanggaan sekaligus panggilan budaya. Kiri Loko bukan hanya tontonan visual, tetapi juga pelajaran hidup tentang doa, harapan, dan kebersamaan.
Di tengah festival yang mempertemukan beragam budaya Nusantara, Kiri Loko menjadi pengingat bahwa setiap tradisi memiliki cara sendiri untuk merayakan kehidupan.
(Maya)

Maya adalah jurnalis MalinauTerkini.com yang meliput isu-isu pemerintahan, kecelakaan lalu lintas, layanan publik, dan dinamika sosial masyarakat di Malinau, Kalimantan Utara. Sejak bergabung pada 2022, ia aktif melakukan peliputan langsung dari lapangan dan menyajikan laporan yang akurat serta terverifikasi.




